Saya tak pernah menyangka, akan mencoba hal seperti ini di umur yang tanggung. Berlari 21.10Km atau disebut Half Marathon. Tetapi begitulah kehidupan, dia terus menantang manusia untuk menemukan makna dalam setiap nafasnya.

Saya bukan atlet, hanya seorang yang lahir dan cinta dengan olahraga. Sepakbola tentu menjadi pilihan kala itu. Bahkan turnamen kelas Popda dan Poprov pernah mengantarkan dalam jalur prestasi, nilai plus untuk masuk sekolah favorit.
Dari sepakbola pun saya kenal banyak kawan, pindah kantor, pindah sekolah, komunikasi lebih mudah dengan bahasa sepakbola. Istilahnya nambah kawan dimanapun kita berada.
Tapi kehidupan memang selalu berubah. Pandemi Covid membuat semua menjadi terbatas. Lapangan sepakbola tutup, futsal juga sama. Alhasil tak ada kegiatan olahraga yang bisa dilakukan.
Dasar berkeringat sebagai penghasil endorfin untuk sebuah kebahagiaan konon bisa muncul dengan olahraga. Entah kenapa akhirnya jatuh pilihan pada lari. Tanpa alasan, pikirku lari adalah olahraga yang bisa kita lakukan sendiri. Yah, walau tetap saja banyak komunitas lari berseliweran dimana mana.
Jika kalian melihat video saya soal Garmin Coach. Maka itu adalah tonggak awal untuk menantang diri sendiri dalam olahraga ini. Saya tidak bilang olahraga ini menyenangkan, ada capai, ada sebal, juga ternyata outfit mahal, ditambah ada lelah dengan latihan yang terus menerus. Tapi begitulah proses harus dilalui, semoga menghasilkan konsistensi.
Start 21Km
Lari 21Km adalah program terakhir dari Garmin. Pilihannya memang ada 3. Lari 5K,10K dan 21K. Tak terasa saya menekuni semua. Dan kemarin adalah hari saya harus menguji, bagaimana latihan saya selama ini untuk 21Km

Tabel Chart di Garmin mencatat pace pada setiap KM. Langkah demi langkah saya lalui. Ada yg bilang, lari adalah soal mindset. Menerapkan imajinasi dalam pikiran kita. Saya menempatkan amarah, mengumpat di jalan akan gagalnya mimpi, menertawakan kebodohan mengelola langkah. Tapi dalam setiap KM juga, saya menanamkan tekad. Bahwa mimpi tak boleh padam, harapan harus terus menyala. Itulah kekuatan yang membuat saya mungkin bisa finish 21Km untuk pertama kali. Bahkan menghadapi badai kram di KM 18 sampai KM21. Hal terberat yang harus saya lalui.


Setelah 21Km
Setelah 21Km, saya mendapat oleh-oleh asam lambung yang meningkat. Saya minum energy Gel 3 bungkus. Tanpa makan terlebih dahulu. Sungguh itu adalah kebodohan yang hakiki. Pelajaran yang mahal harus dilalui.
Apapun itu, saya harus berterima kasih untuk semesta. Yang setiap pagi menanti Perbincangan harap, cinta dan mimpi.
Dan terima kasih untuk kaki yang bisa terus melangkah
Keren, mas. Progress joggingmu kelihatan banget. Jadi sekarang tampaknya bakal terus-terusan olahraga agar tetap bugar. Aku gak berani jogging karena kadang lutut bermasalah. Tapi untuk gowes masih aman jika seharian di bawah 100 km.