Waktu saya kecil, saya duduk di depan gapura rumah. Kemudian melihat ada poster yang ditempel, sebuah poster janji kampanye seorang Bupati. Dalam janjinya, ada sebuah point yang menarik.
“Akan membawa Persipa Pati dalam level Divisi Utama”
Nyatanya sampai tahun 2021 janji itu kandas, hingga lahirnya orang kaya yang membuat klub baru. Sebuah semangat, sebuah mimpi bernama PSG Pati, walau tak sampai satu tahun berganti nama itu nampaknya hanya akan jadi sebuah cerita tanpa arti..

Menelisik sejarah…
PSG Pati sebenarnya bukan klub yang tumbuh dari bawah. Dia bangun kehadirannya dengan uang, tapi kelak mungkin hilang juga karena uang.

Nama pertama PSG sendiri adalah Putra Sunan Giri. Berasal dari Gresik bersponsor Sunan Giri Foundation.
Karena alasan financial nama PSG (Gresik) akhirnya berganti menjadi PSG PATI, atau kepanjangan dari Putra Safin Group. Bisnis wakil Bupati untuk memajukan kota Pati, atau entah mendulang Simpati…
Intinya klub ini dibeli beliau. Dikasih branding, kerja sama dengan brand besar, tawaran pasang sponsor setahun, bikin korwil sampai promosi IG yang sangat rapi.
Sebagai anak asli Pati, kemunculan klub sepakbola tentu hal yang sangat menarik. Kota kecil punya klub bola yang ber (masa depan ) cerah. Dan saya tentu mencoba untuk terus mendukung, paling tidak beli kaosnya yang mungkin mahal. Aktif melihat media sosial dan kelak mungkin kesampaian nonton di stadionnya.
Tapi belum genap hitungan hari ingin jadi pendukung. Tiba-tiba ada kabar menarik, kuda hitam mata merah lewat. Menginjak lambang Bandeng. Seolah derap kuda itu berbunyi nyaring. Ashiap..Ashiap..Ashiap…Ashiaaaap..

Iya, kemarin nyatanya sudah resmi. Nama PSG PATI berganti menjadi AHHA PS Pati. Siapa lagi kalo bukan lord Atta dibelakangnya, atau bisnis Handphone Putra Siregar. Dua orang itu tampaknya berhasil mengambil kesempatan kepada Bos Safin, atau entah karena begitu berat mengurus klub sepakbola hingga terpaksa Bos Safin mengundang investor?
Cuma yang menjadi pertanyaan adalah, kenapa harus ganti logo? atas dasar uang apakah sejarah dan filosofi tergadaikan?
Sebagai anak asli Pati yang mencoba menaruh harap. Tentu gantinya logo PSG Pati adalah sesuatu yang lucu. Saya sempat melihat konfrensi Persnya, lalu berpikir, ini klub bola baru menit pertama memasang foto Soekarno aja udah aneh. Belum parade mobil mewah dan cerita sukses anak muda. Saya bingung, ini kisah inspirasi atau launching klub bola? duwe duit bebas Leh…
Dalam beberapa point konfrensi pers yang digelar satu setengah jam. Ada beberapa catatan penting yang ingin saya sampaikan..
1. Mengurus sepakbola memang modalnya besar, untuk itulah kenapa PSG Pati harus berkolaborasi, kok kebetulan ada bos Atta dan Pak PS yang ikut
2. Logo kuda hanya filosofi kerja keras. Tak ada makna dibalik sebuah kota dan sejarah yang timbul
3. Pak Safin, rela memberikan nama Pati agar kota ini dikenal banyak orang. Promosi kota dan wisata
4. Dalam satu jam setengah konfrensi Pers. Tak ada kata Korwil. Padahal dalam PSG Pati sebelumnya sudah dibuka pendaftaran Korwil.
Sepakbola besar lahir dari loyalitas supporter. Tanpa itu semua klub bola hanya sebuah nama. Pemindahan PSG Pati menuju Ahha PS Pati semoga tak melupakan satu hal. Budaya dan loyalitas pendukung. Kabar baiknya, klub bola bisa langsung dibeli.
Tapi loyalitas pendukung, tidak hadir dalam satu malam…
Kelemahan di Indonesia itu perubahan nama klub bola dan lainnya mudah.
Jadi ingat ada beberapa tim yang merger, lalu membentuk nama baru, sehingga pendukungnya menjadi bingung sendiri.
Semoga ada jalan terbaik untuk sepakbola kita, mereka memang butuh dana, tapi jerih payah pendahulu & sokongan suporter itu tak kalah utama