Ada satu kebiasaan yang kutemukan saat pandemi. Kebiasaan lama yang mengingatkan akan masa kecil. Kebiasaan usang yang membangun kenangan.

Dulu aku pernah ada pada masa dimana mencipta keringat setiap sore. Berlari mengejar bola, tertawa dan bersenang senang hingga batas senja. Ya, bermain bola..

Pandemi yang semakin gila telah membatasi gerak. Aku yang biasa bisa bermain bola dua kali seminggu kini harus vakum. Jika ditotal berapa lama aku tak merumput di lapangan, maka hampir 2 tahun rasanya. Tapi saya percaya, manusia diberikan akal pikiran. Oleh karenanya dia punya kemampuan berfikir, adaptasi untuk mencari apa yang disebut kebahagiaan.

Aku adalah orang yang percaya, berkeringat bisa menciptakan bahagia. Menyusun keping semangat walau pada akhirnya kenyataan menghantam angan. Iya, saya berubah haluan dari yang suka bola memilih olahraga lainnya, dan pilihan itu jatuh pada berlari.

Entah siapa yang menarik dalam olahraga tersebut. Yang jelas berlari selalu menyenangkan. Momen saat tubuh melayang di udara, atau setelah tubuh habis berkeringat adalah momen terbaik. Ada candu disana, ada harap dan syukur, terima kasih tuhan engkau sudah memberi kesehatan.

Berlari adalah olah gerak, walau gengsinya panjang dan banyak tapi kita bisa memilih. Deretan sepatu jutaan terpajang banyak pilihan, belum smartwach dan aneka baju dan celana yang oh gila harganya.

Hingga saat memulai saya harus beli sepatu KW, sampai hari ini akhirnya terbeli juga yang asli. Tipe Nike Pegasus 37

Nike Pegasus 37 konon katanya adalah seri favorit. Banyak modelnya, banyak variannya. Dua kombinasi teknologi seri foam zoom dan react menjadi primadona. Banyak sekali cerita soal sepatu ini. Dan saya salah satu yang ingin membuatnya.

Dalam hitungan sepatu, ada catatan penggunaan. Konon katanya sampai 400km. Dan dalam mingu ini, saya sudah mencatatkan 100km umur sepatu pada Pegasus 37. Lalu sedikit pengalaman saya, biarlah video berbicara :