Ada yang berubah dari diri. Lingkar perut membesar dan gerak yang semakin lamban. Benci rasanya menggemuk, tapi bingung harus berbuat apa.
Hari ini, tahun ini. Sepeda menjadi sebuah trend. Harganya naik gila-gilaan. Dari yang dulunya mungkin berharga IDR 3.000.000 kini naik sampai dua kali lipatnya. Berbanding lurus dengan sepeda, harga ban pun meluncur tinggi. Ban yang dulu mungkin hanya 60 ribuan untuk sepeda kelas pas-pasan, kini menjelma menjadi 2-3 kali lipatnya.
Dunia berubah, kebiasaan terbentuk. Pasar pun berubah. Dalam lamun itu, saya memandang sepeda tua yang terparkir di depan rumah. Sepeda usang yang selalu disapa hujan dan panas. Sepeda tua pemberian kawan.

Sepeda Usang
Niat kurus dan bikin konten sepertinya menjadi semangat yang paling baik untuk memulai. Membawa sepeda usang itu ke bengkel. Memecah celengan lalu mengkalkulasi ulang berapa biaya yang dikeluarkan. Untuk Cat sepeda saya memilih warna merah. Bukan simpatisan PDI, tapi warna merah seakan melambangkan keberaniaan. Sebuah harapan ditengah pandemi, berani tak menyerah. Waduh kenapa jadi panjang gini.

Upgrade kakak
Diskusi sana sini, tawar harga kesana kemari akhirnya selesai juga rangkaian harap sepeda usang yang mau dijadikan bermakna. Upgradenya terdiri 11 item :
1. Cat Dako
2. Pelek United
3. Jari-jari Pelek
4. Hub Set
5. Piringan Set Cakram
6. Tali rem
7. Tali Oper
8. Handel Rem
9. Rantai
10. Bracket
11. Ban Swallow
Yah seperti itulah kurang lebihnya. Pengerjaan pun tak memakan waktu lama. Untuk detail secara visual kalian bisa main ke youtube saya.
Oiya, karena saya memang mau buat konten dibanding kurus. Sepeda yang saya buat ini akhirnya saya mau jual lagi loh. Hah, kenapa?
Ya karena mau buat sepeda lagi. Wkwkwkwk
Waiki hahahahha. Memantau sepedanya buahahaha, kali aja cocok dengan kantung kakakakakkakak.
Semangat mas, pokoknya sekarang banyakin konten sepeda. Lagi sampai akhir tahun
Siap Mas SItam, syukur-syukur bisa kolaborasi ma jenengan hehehehe