Tak terasa banyak kebiasaan yang berubah hari ini. Semoga kita senantiasa diberi kesehatan.

S E P E D A
Konon katanya, jika mau melihat sejarah. Setiap pandemi akan menghasilkan kebiasaan baru. Jika mengacu pada siklus 100 tahunan wabah virus yang hadir di muka bumi. Maka kita akan sangat sadar bahwa ada banyak cerita yang bisa kita petik disana. Lihatlah Flu Spanyol pada tahun 1920, yang menghasilkan kebiasan meludah sembarangan hilang atau tanam paksa yang direnggangkan karena itu menyebabkan penularan. Ya, kita akan sampai pada kebiasaan cuci tangan, memakai masker, berjaga jarak dan mungkin bersepeda.
Loh bersepeda? kok bisa. Tepat hampir 2 bulan tinggal di kampung dengan jalur pegunungan, ingatan saya kembali pada masa kecil dahulu. Bahwa sepeda adalah kawan perjalanan, bahwa sepeda adalah keriangan yang dibayar murah tanpa embel-embel gengsi. Pergi ke teman naik sepeda, latihan sepakbola naik sepeda, dan sudut-sudut desa rasanya sudah dijelajahi dengan sepeda. Lalu apa hubungannya dengan tren sepeda? kau terlalu bertele-tele Bukanrastaman.
Duh, tunggu dulu. Sabarlah sedikit biar aku bisa belajar membuat paragraf pembuka yang baik.
Kembali ke jaman masa kecil, dimana bersepeda adalah kegiatan sehari hari. Sungguh tak ada yang menjamah naik sepeda ke Gunung Rowo. Kawasan pegunungan tinggi dengan waduk diatasanya. Tapi kini, hampir 2 bulan di rumah saja. Jalan depan rumah saya menuju Gunung Rowo itu selalu padat dengan para pesepeda menuju kesana. Setiap hari selalu ada, paling banyaknya Sabtu dan Minggu.

Pemandangan Gunung Rowo
Bayangkan itu terjadi di kampung, kota kecil, dimana merk Brompton tak berseliweran karena orang lebih memilih makan dengan penghasilan yang beda jauh dengan perkotaan. Apalagi di kota yamg ternyata di kanal berita sudah diberikan fakta bahwa tren sepeda naik 80% jumlahnya. Mohon maaf ini New Normal.
Sepeda adalah bahasa sehat. Tiap kayuh kilometer yang dihasilkan ditebus dengan keringat. Walau kadang sepeda adalah gengsi, tempat bercakap para klien yang akan dijadikan relasi.

Harga dibawah 2 juta kakak
Jauh sebelum heboh penangkapan oknum Garuda yang membawa Brompton. Saya pernah diminta para pejabat meliput kegiatan sepeda mereka. Isinya minimal VP sampai Direktur, komisaris hingga owner. Sepeda mahal kini menjamur, sepeda pas-pasan juga sama. Pulang ke kampung merubah menjadi kebiasaan sehat. Bapak Ibu juga mulai naik sepeda. Alhasil anaknya diajak berolahraga. Ada hasilnya sedikit. Timbangan melorot 2 kg bersama konten dan review yang hadir lewat bahasa visual. Video youtube, yah lumayan lah tren sepeda menjadi konten. Dua jalur dan dua review sepeda murah siapa tahu kalian mau lihat.
Salam sehat, dan pertanyaan sederhana. Seberapa lama trend ini akan berjalan? atau hanya sambungan kisah dari batu akik yang viral?
Di semua tempat fenomena pesepeda ini melejit mas. Bahkan tidak sedikit yang mengartikan pengguna sepeda itu ugal-ugalan. Semoga ke depannya semua bisa menjadi lebih baik.
sepedaku merek Jaiko
http://kobayogas.com/2020/06/23/begini-sosok-toyota-corolla-cross-terbaru-keren-juga/
wingi jare kitaaa collab malah wes ilang
loh, memang harusnya wingi po?
sudah lama pengen beli sepeda mas, tapi entar main beli yang ada cuma tergelak manis di gudang hehehehe.. senang kalau pulang lihat orang-orang kemana-mana bersepeda ngiterin komplek rumah.
wah kalo gue sih tren apapun tetep main game cuy ahhahahahhah gue lg ke hook banget cuy sama ni game https://3kr.wavegame.net/ cobain dah cuy seru bet dah jaminnn wakowakowako