Kita adalah harap, saat semua orang menaruh percaya. Bila dengan manusia mulai tumbuh ragu, maka paling tidak taruhlah asa itu kepada doa untuk yang Maha.
Semoga-semoga asap segera pergi, dan udara Riau kembali segar, lalu benih pariwisata yang tumbuh kembali mekar.
Pesawat saya sampai di Bandar Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim jauh sebelum asap tiba. Dari atas pesawat, sawit terlihat dimana-mana, namun saat itu langit masih biru, lalu lalang manusia dan wajahnya masih banyak riang. Dan Pekanbaru begitu menyenangkan, hingga kita mudah menyusun tempat untuk perjalanan,
Tujuan kami kala itu adalah Ulu Kasok. Beberapa orang menyebut Ulu Kasok adalah Raja Ampat dari Riau. Walau menurut saya berbeda, namun tempat ini memang pantas untuk menjadi cerita.

Ulu Kasok
Ulu Kasok sendiri terletak pada Koto Kampar Kabupaten Kampar Riau, tidak sulit menuju kesana. Karena sejatinya Ulu Kasok berawal dari penenggelaman suatu desa untuk Proyek PLTA. Namun karena desa tersebut terdapat beberapa perbukitan dan air tak mampu menenggelamkan seluruh kawasan, maka masih ada bukit-bukit yang timbul sehingga mirip Raja Ampat di Papua. Di sini, tidak ada air laut yang biru bahkan pasir putih. Namun pemandangan yang tersaji sangat indah dan memanjakan mata. Sebuah pesona tempat yang begitu menarik di Indonesia.
Untuk menuju Ulu Kasok, kalian bisa menempuh waktu kurang lebih dua jam dari Pekanbaru. Saran saya sewalah mobil, agar lebih leluasa berjalan menuju kesana, selain itu setelah menuju Ulu Kasok, kalian juga bisa datang ke situs sejarah Candi Muara Takus, yang didaulat sebagai candi tertua di Tanah Air tercinta. Sehingga dalam perjalanan menuju ke sana kalian bisa mendapat dua tempat sekaligus untuk berwisata.

Candi Tikus
Fasilitas wisata Ulu Kasok juga cukup ramah untuk keluarga, seperti spot menara pandang yang bisa melihat Ulu Kasok dari ketinggian. Ada banyak titik wisata instagramable yang bisa kalian coba. Soal makanan pun jangan khawatir, banyak sekali orang berjualan di sana, sehingga kalian tidak perlu repot saat perut dilanda lapar berkepanjangan.
Satu yang menjadi catatan saya saat menuju ke Ulu Kasok adalah sawit yang hampir ada sepanjang rute perjalanan Pekanbaru-Bangkinang-Payakumbuh. Sebuah pertanyaan yang dulu tumbuh untuk apa slogan keanekaragaman hayati jika tanaman sawit jadi monopoli di sana.
di balik tempat yg eksotis tersimpan paradoks ya mas 🙂
Benar sekali mas. dan itu selalu.
Makasih yaa dah berkenan mampir
Raja ampatnya Riau inii? Ajegile, indah juga yaaaaaaaaaaak 😀
Sekali lagi, dari dulu sampai sekarang, dirimu emang sipenyaji gambar yang aduhai 😀
Ah aku terharu mas, makasih yaa
Mas oji, di Ulu Kasok bisa berlayar atau berenang kah? Bagus amat yha. Tapi sad memang kalo lihat banyak sawit gitu, gak ada hewan tinggal di sana 😥
Gak bisa kak, itu gak dalam kok. Itu desa yang ditenggelamkan