Kaki Langit Pada Air Terjun Laumarang

Tidak ada yang kebetulan dalam hidup. Setiap tempat membuat ceritanya masing-masing, tinggal bagaimana kita mengambil hikmah dari setiap peristiwa.

sdfgsfs

Siang itu, di saat Indonesia memperingati kemerdekaannya. Di setiap sudut Luwuk dan setiap kecamatannya begitu meriah. Lalu lalang anak sekolah, parade mobil hias dan bendera merah putih begitu panjang memenuhi jalanan, riuh dan semarak. Saya menunggu di dalam mobil. Dengan ac yang menyala, suasana panas di luar pun perlahan sirna. Hampir satu jam jalanan tidak bergerak. Ada rasa khawatir, apakah kita akan sampai menuju air terjun Laumarang, Atau hujan menghentikan keinginan kami. Tetapi sekali lagi, pasrah pada Tuhan adalah cara terbaik mengatasi keinginan manusia yang seakan tiada habisnya.

dsc07208

Parade 17 Agustus 2016

“Pak kalo parade seperti ini berapa jam ya biasanya?” saya bertanya pada salah satu penonton di jalanan. “wah bisa sampai malam pak, Tahun lalu saya terjebak disini sampai malam” Timpalnya dengan lantang. Saya mulai tertegun. Melihat jam casio lapuk di tangan kiri saya. “pukul 14.00 siang” saya bergumam dalam hati. Berfikir keras melakukan estimasi waktu menuju kesana. Bapak yang saya tanyai tadi tiba-tiba berkata, “mau kemana kamu? kalo tergesa gesa naik sepeda motor saja.” setelah menjelaskan akhirnya disepakati menuju kesana menggunakan motor, menembus kerumunan parade kemerdekaan meninggalkan driver kami bersama mobilnya dalam riuh keramaian. Baru 10 meter laju motor berjalan. Tidak disangka parade karnaval sudah habis, akhirnya saya memutuskan untuk berhenti di tengah jalan. Menunggu mobil kami bergerak menembus keramaian.

15.00
Setelah sampai di hotel, kami bergegas mengganti baju. Menaruh coverall di meja dan memakai celana pendek. Informasi dari kawan-kawan Luwuk menceritakan bahwa tidak mudah jalan menuju ke air terjun. Dibutuhkan tenaga, biaya dan waktu. Ditambah kondisi alam yang ternyata selalu memberikan faktor suksesnya sebuah perjalanan. “Bismillah” saya mengucapkan dengan lantang di dalam hati, mempercayakan perjalanan ini dengan Tuhan dengan segala pengalaman yang akan terjadi.

15.30
Tepat kurang lebih sekitar 20 menit mobil kami menuju tempat yang diceritakan, jalanan sangat sulit. Sebenarnya hanya Mobil double kabin 4×4 yang bisa menembus sampai ke ke pondok. Titik awal kita menembus hutan yang masih terjaga. “kalian mau kemana pak? kenapa avanza bisa masuk. Tidak lihat apa banyak mobil yang jatuh di jurang sini!” seorang penjaga kebun tiba-tiba berteriak kepada kami yang berwajah bingung. sempat terdiam beberapa saat, akhirnya kami pun serentak menjawab ingin ke air terjun. Beliau tertawa, menimpali dengan mimik wajah yang mulai cair. Barangkali melihat expresi saya memelas dan polos, lalu memberikan sedikit arahan, Selang beberapa lama kami sudah sampai di pertigaan. Memulai perjalanan yang ternyata cukup jauh bila ditempuh dengan berjalan kaki.

16.30
Hampir satu jam kami menyusuri jalan setapak. Belum ada tanda-tanda ujung jalan akan ditemui, beberapa petani dengan sepeda motor yang telah dimodifikasi melewati kami, hingga muncul ide untuk menggunakan jasa mereka. Ide cukup brilian yang begitu membantu kami untuk berjalan lebih cepat sebelum gelap benar-benar meruntuhkan mental kami. Ide untuk sampai kedalam pondok, titik awal perjalanan cerita akan ย dimulai.

img_7732

Keluarga Mapal di Pondok. Titik awal setelah melewati jalan offroad

dsc07212

Masih hutan lebat

dsc07217-2

Sungai yang jernih

img_7734-2

Jalurnya kejam

17:00
Satu orang keluarga tampak begitu harmoni disana. Suami istri dan dua orang anak tampak terlihat sangat kompak. Saya menebak bahwa anak pertama berumur 2.5 tahun dan anak kedua berkisar umur 5 tahun. Dilihat dari cara mereka bercanda, sepertinya sudah akrab sekali dengan tempat ini.

“Permisi mas, Kalau ke air terjun Laumarang lewat mana ya?”saya menyapa beliau lebih dulu, lalu mengajaknya bejabat tangan. “Lewat situ, dekat gubug.” beliau menimpali santai sambil bertanya darimana kami berasal. kami pun menjawab serentak dari Jakarta dan dia mulai tampak terkejut. “Dari Jakarta hanya datang ke Luwuk buat air terjun ini?” Beliau bertanya lagi. “Bukan pak, kita ada pekerjaan. Cuma kebetulan saja ingin berkunjung kesini.” Saya mulai menimpali pertanyaaan beliau. Bahwa informasi ini adalah rekomendasi orang hotel. Setelah lama menjelaskan dan bicara dengan santai, dan sejarah dari kita bahwa sama-sama pecinta alam, akhirnya beliau pun bersedia mengantar kami, dengan keluarganya tentu saja.

air-terjun-laumarang

Terimakasih Laumarang

Perasaan haru menyelimuti. Pelajaran hebat bahwa masih ada keluarga mengajarkan tentang besarnya Tuhan dari alam. Saya tersenyum di belakang mereka. Mimpi dan harapan baru menjadi ayah yang baik begitu menggebu. Tiap langkah mereka dengan jalan sulit dilewati dengan bahu membahu. Hingga sampailah saya kepada Laumarang. Air terjun impian yang belum menjadi tempat wisata, sebuah proses dari kerja keras menuju keindahan. Kaki surga tanpa perlu mati untuk melihatnya lebih dulu. Surga dalam imajinasi manusia, bukan seperti surga dalam ayat al-quran atau manusia hebat memperdebatkannya

Laumarang begitu gagah, air nya jernih, dingin dan segar. Lebatnya hutan tidak menutupi kecantikannya. Tetapi malah membuatnya menjadi lebih anggun, lebih perkasa. Dalam hati pun tidak berhenti diri ini untuk memuji kebesaranNya

Tetaplah terjaga laumarang, semoga manusia yang menemukanmu tetap menjaga dirinya dengan tidak merusakmu.

Advertisement

56 thoughts on “Kaki Langit Pada Air Terjun Laumarang

  1. masyaallah, subhanallaah, surga dunia beneran, cantik banget air terjunnya, meski melewati jalan yg terjal.. mgkn ini spt filosofi menuju “surga akhirat” ya mas, berlelah2 dulu dalam taat pada Allah, mampu melawan rintangan, akhirnya masuk ke dalam surgaNya

  2. Bahagia ya bisa bertemu keluarga lokal yang ramah yang mau antar ke lokasi. Menambah daftar kenalan dan bisa menjadi inspirasi saat pulang.
    Airnya jernih banget, suasana di air terjunnya juga indah dan tenteram.

  3. Ada untungnya juga juga sebuah tempat yang tersembunyi diekspos untuk dikenal keindahannya… tapi itu sama artinya juga mengundang lebih banyak orang untuk datang. Semoga orang-orang yang datang adalah orang yang bertanggung jawab…

  4. Assalaamuโ€™alaikum wr.wb.

    Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
    Laailaahaillahu waAllahu Akbar
    Allahu Akbar walillahilhamd.

    Selamat Menyambut Aidil Adha 1437 Hijriyyah. Semoga takbir yang bergema membawa seribu keberkatan bersama-sama erti pengorbanan sebenar.

    Salam Aidil Adha, maaf zahir dan bathin dari Sarikei, Sarawak.

  5. Allahu akbar…. tempatnya jauh di dalam hutan tetapi pemandangan indah tidak terjangkau jika tidak berjalan ke sana. Saya suka sekali pada 2 foto air terjunnya. Asyik dan cantik jempretannya. Salut kerana bersabar dengan segala perasaan yang menggoda untuk kalah mencapai destinasi. Akhirnya kepuasan mata dan hati dapat dilunasi apabila misi dipenuhi. Semuanya dengan izin Allah jua, ya.

  6. salam kenal mas….liat foto paling terakhirnya saya kok jadi gemetar ya. Subhanallah….gemetar karena indahnya ciptaan Allah dipadu dengan foto orang sujud itu… “Maka nikmat Allah mana lagi yang hendak kau dustakan”

    • Waaaah blogku didatangi legend, mimpi apa aku semalam….

      Salam kenal juga mas ๐Ÿ™‚

      Iya mas, masih sepi, karena sebenarnya bukan untuk wisata yang ramai juga disana. Air terjun ini juga untuk mata air penduduk dibawah. Semoga tetap terjaga …

      Salam kenal dan terima kasih sekali lagi sudah berkenan berkunjung ๐Ÿ™‚

  7. Belum kesampaian main kesini, tiap off duty langsung balik ke Makassar.
    Tapi emang bener sih, kata teman saya yang orang luwuk, Air Terjun Laumarang ini yang paling susah akses kesananya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.