Hari ini riuh suara gerbong tampak sunyi. Bukan karena tidak ada earphone di telinga saya, atau mengenai canda tawa para pendaki untuk berangkat ke alam. Tetapi sunyi karena sebuah saksi perjuangan. Perjalanan jarak seorang ibu kepada sang anak. bukti Kasih sayang tak terbatas, tentang ASI yang tak terhalangi oleh kata bernama “jauh” itu sendiri.

Stasiun Pasar Senen
Saya, kamu, kalian punya ibu. Dibelai lembut dari rasa ikhlas tanpa batas. Berpelukan dengan lelah. Memahami arti kasih sayang nyata. Mengalir……
Menyapa rasa rindu dan ikhlas cerita bidadari tak bersayap bermukim di Bumi.
—–

Kerata Majapahit
Kereta Majapahit agak terlambat hari ini. Kepulangan saya yang hampir tiap minggu membuat hidup begitu akrab dengan jadwal kereta. Disamping tempat duduk saya hari itu adalah seorang Ibu, Wajahnya tampak lelah, tapi masih menyisakan senyum. satu dua patah kata membuka percakapan standart kami. “Mas tidur dibawah tidak?” Beliau bertanya kepada saya. “Iya bu” saya menjawab dengan senyum. Bukan rahasia umum bagi kami para PJKA untuk saling memahami. Bergantian tidur dibawah, agar dapat membuka ruang untuk rasa nyaman. Menepis lelah tidur beralaskan koran, dengan tujuan membuka kesempatan untuk saling beristirahat agar besok saat bertemu keluarga bisa segar kembali.

Kereta Majapahit
Namanya Ibu Ita, beliau bekerja di salah satu kementrian keuangan republik ini. Box orange yang dia bawa tampak mencolok diantara tas para penumpang. Iseng saya membuka pertanyaan mengenai apa isi tas tersebut. Tetapi jawabannya ternyata menampar hati…..
“Ini Asi yang saya bawa mas, buat anak saya umur 2 bulan.” Beliau menjawab lirih . Melempar ingatan tentang hal serupa yang terjadi di jogja. Seorang ibu yang membawa kisah cintanya berupa ASI dari kereta Jakarta- Jogja tiap minggu. Tetapi sekarang perbedaannya adalah beliau menggunakan kereta Majapahit, dari Jakarta turun Semarang dan nyata duduk di samping saya. Membuktikan saksi kasih cinta ibu-anak bahkan kepada orang yang tidak dikenalnya. Membuktikan bahwa ada rasa ikhlas yang saya percaya akan dibalas oleh Tuhan dan menjadi pengingat kepada rasa syukur yang memang sejatinya seharusnya tak terbatas.
Ibu Ita orangnya begitu ramah, dia ngobrol dengan santai kepada saya. Bahkan sempat pumping di kursi dengan menggunakan apron. Saya yang sadar diri pun segara turun ke bawah, menggelar alas koran untuk duduk. selesai pumping beliau malah menunjukkan hasil ASInya. Tabu kah? Tentu tidak, karena kebetulan anak saya masih balita. Jadi menciptakan frekuensi rasa kasih sayang kepada anak menjadi sama. Saling mengerti dan terselip seuntai doa dalam hati.

Box Asi yang dibawa tiap pekan
Hari ini Kadang dengan mudah kita sebagai manusia hanya sekedar bertanya.” Kenapa gak dibawa ke jakarta anaknya bu ?” Atau “kenapa kok tidak dengan ibunya saja anakya di Jakarta?” mengesampingkan segala cara pandang manusia lain bahwa tidak semua pemikiran selalu bisa disamakan. Hari ini kita berempati, tetapi seperti menyudutkan. Hari ini kita bertanya, tetapi seolah menghakimi. Padahal dia selalu punya alasan kenapa menjalani hal tersebut yang mungkin tidak bisa dia bagi.
Sebagai Ibu, saya percaya bahwa beliau tau apa yang dilakukannya adalah terbaik. ASI itu memang berjarak tempuh Jakarta-Semarang, tetapi cintanya menembus itu semua. Jadikanlah kisah ini sebagai benang merah. Buat teman teman IBU yang sedang menyusui untuk tetap menjadi ibu yang ikhlas, semangat memberikan segala hal terbaik untuk anaknya.
Ibu Ita selalu bersyukur, bahwa ASI masih bisa mengalir deras dan diberikan kepada anaknya tiap minggu, dikumpulkan dalam box penuh cinta setiap hari. Setetes demi setetes ASI yang dikumpulkan adalah kuatnya ikatan batin antara anak dan ibu.
Dukanya adalah ada air mata rindu yang hadir, saat rutinitas kembali harus dilakoni. Tetapi apapun itu dia tetap berusaha tegar, tetap semangat untuk asi ekskulif kepada anaknya.

Melawan lelah
Mari jadikan Ibu Ita sebagai teladan, bahwa jarak bukanlah sebuah penghalang kasih sayang. Karena Tuhan melihat itu semua dan akan mewujudkan apa yang berada dalam mimpi besarnya
sudahkah kita bersyukur akan kehidupan yang sementara ini?
——
Salam pejalan,
Melihat hal selain keindahan tempat wisata semata !!!!
Betul itu. Berempati tanpa harus sumbang komentar/pertanyaan/saran yg nanti malah membuat org tsb jadi kikuk. Toh kita juga tidak butuh tahu jawabannya 🙂 jd sebaiknya senyum dan doakan saja smoga smua urusan dimudahkan.
bener sekali kak 🙂
kadang maksud kita empati tapi sebenarnya menghakimi 😀
Temennya istri saya dulu juga ada yang gitu. Anaknya di Tulungagung. Ibunya kerja di sidoarjo. Jadi pas weekend atau beberapa hari sekali gitu saya lupa mas, temen istri saya itu pulang sambil bawa asi untuk anaknya. kasih ibu memang luar biasa
Iya yud. Selalu takjub aku. Apalagi ngerti langsung iki. Hiks
Saya akan kasih link tulisan ini buat temen2 saya di Hari Ibu bulan depan. Makasih buat inspirasinya 🙂
terima kasih sudah berkenan mampir dan membaginya mas 🙂
Empati dan kepo sekarang menjadi begitu dekat….
Bener mas,.. semoga #kepoitubaik seperti tagline greenpeace menjadi awal sebuah kebaikan..
makasih sudah berkenan mampir
Wah ibu yg hebat, sanggup berjauhan sama anak yg masih 2 bulan! Salut! Moga2 asinya lantjar terus
amiin kak…
saya salut banget dengan beliau
Kalo aku udah punya anak aku mungkin gak sanggup tinggal berjauhan sama anakku, apalagi baru 2 bulan hiks.. Temenku ada juga yang baru selesai cuti bersalin, dia malah ngeboyong ibuknya ke Jakarta buat ngasuh cucunya, neneknya dengan senang hati ngurus cucunya di Jakarta. Apa sih yang enggak buat anak hihi
iya betul kak, anak memang titipan dari Tuhan, maka selayaknya kita bisa menjaga dengan memberi semua hal yang terbaik 🙂
Man! Ini luar biasa. Aku membayangkan betapa repotnya harus memompa ASI, menyimpan, memompa, membawa dan menjaganya selama dalam perjalanan. Salut!
salut banget mas 🙂
Terharu saya, perjuangan seorang Ibu itu…. Semoga di telapak kakinya pintu surga semakin terhias indah 🙂
Amiiin mas, dan kita sebagai anak juga bisa berbakti kepada Ibu
terharu banget bacanya.. itu lah pengorbanan seorang ibu
kasih ibu sepanjang Masa
Salut buat beliau.
Betapa kasih ibu sepanjang jalan itu nyata. Perjuangan mulia beliau semoga selalu dimudahkan.
amiiin mas
Haru dan salut ama perjuangan si ibu. Semoga terus diberi kesehatan dan kelancaran dalam ber-ASI. Mencoba membayangkan wajah anak nya yang pasti girang bangat ketemu ibu nya seminggu sekali.
bangeeet kak, btw mana web yang domain sendiri kak ? udah jadi yaaa
Belum mas wahyu. Lagi kejar tayang ini hehehe..
Wah… hebat itu sang ibunya… keren perjuangannya.
bener mas… salut sama beliau
keren banget ibu itaa.. jadi inget waktu masih menyusui. peralatan tempur yg dibawa ke kantor ya semacam itu 😀
hahahaha iya mbak, selain membawa alat tempur dia juga membawa kesiapan fisik untuk sebuah perjalanan
Duh Mas, mutasi yo susah Mas… *menggantikan Bu Ita menjawab*
Dan kayaknya saya kenal tuh kementerian keuangannya yang mana Mas :hihi. Di sini kayaknya kementerian keuangan baru satu deh :hehe.
Saya mengerti, menjadi seorang ibu yang baru saja masuk setelah cuti melahirkan (anaknya baru dua bulan jadi pasti Bu Ita baru masuk kantor) tentu saja susah banget. Selain pikiran tentunya masih ada di rumah tempat anak berada, atasan di kantor yang jarang mengerti kebutuhan pumping memang membuat di mana pun pumpingnya boleh. Makanya kalau saya di kantor berusaha membantu pekerjaan mbak-mbak kantor kalau saya bisa, soalnya supaya mbak-mbak bisa pumping lebih leluasa :hehe. Soal keputusan kenapa ibu dan anak itu berjauhan, menurut saya sebenarnya tak ada ibu yang ingin pisah dengan anaknya apalagi ketika anaknya masih kecil, tapi itu sudah jadi keputusan mereka sehingga mesti kita hormati.
nah itu mas, saya suka bingung kalo soal kementrian keuangan itu, mungkin divisinya macem macem kali ya :D. cuma memang kementrian cuma satu.. heheheh makasih mas koreksinya..
btw mas Gara baik banget bantu ibu- ibu terus. sepertinya Mas Gara idola ibu-ibu nie dengan kebaikan hatinya 🙂
btw selama untuk blog selfhostingnya ya mas
Masyaalah, terharu banget..
semoga aku juga bisa jadi ibu yang baik seperti ibu Ita. amin Rabb 🙂
amiiin kak..
btw lagi hamil ya, selamat ya kak, semoga dedek dan ibunya sehat selalu, lalu menjadi ladang amal bagi orang tuanya 🙂
hebat dan salut sama ini ibu, banyak hal yang patut kita syukuri disini..
bener mas, kasih sayang ibu memang luar biasa
jangan berani sama orang tua yak..dosa besar..
salute! sungguh insipratif. perjuangan ibu itu emang perlu dijadikan teladan, bahwa.. sejauh apapun jarak, kasih sayang ibu tetaplah yang terbaik. keren!
bener kak..
terima kasih sudah mampir
tisu mana tisu jadi terharu gue bacanya..
btw salam kenal dari http://www.travellingaddict.com
salam kenal juga mas…#sambil sodorin tisu
ijin maen ke blognya