Tiap Minggu Seorang Ibu Membawa BOX Penuh ASI Untuk anaknya yang jauh disana [Cerita Pejalan]

Hari ini riuh suara gerbong tampak sunyi. Bukan karena tidak ada earphone di telinga saya, atau mengenai canda tawa para pendaki  untuk berangkat ke alam. Tetapi sunyi karena sebuah saksi perjuangan. Perjalanan jarak seorang ibu kepada sang anak. bukti Kasih sayang tak terbatas, tentang ASI yang tak terhalangi oleh kata bernama “jauh” itu sendiri.

_DSC9640-01_wm

Stasiun Pasar Senen 

Saya, kamu, kalian punya ibu. Dibelai lembut dari rasa ikhlas tanpa batas. Berpelukan dengan lelah. Memahami arti kasih sayang nyata. Mengalir……

Menyapa rasa rindu dan ikhlas cerita bidadari tak bersayap bermukim di Bumi.

—–

_DSC9646-01_wm

Kerata Majapahit

Kereta Majapahit agak terlambat hari ini. Kepulangan saya yang hampir tiap minggu membuat hidup begitu akrab dengan jadwal kereta. Disamping  tempat duduk saya hari itu adalah seorang Ibu,  Wajahnya tampak lelah, tapi masih menyisakan senyum. satu dua patah kata membuka percakapan standart kami. “Mas tidur dibawah tidak?” Beliau bertanya kepada saya. “Iya bu” saya menjawab dengan senyum. Bukan rahasia umum bagi kami para PJKA untuk saling memahami. Bergantian tidur dibawah, agar dapat membuka ruang untuk rasa nyaman. Menepis lelah tidur beralaskan koran, dengan tujuan membuka kesempatan untuk saling beristirahat agar besok saat bertemu keluarga bisa segar kembali.

pejuang asi 2

Kereta Majapahit

Namanya Ibu Ita, beliau bekerja di salah satu kementrian keuangan republik ini. Box orange yang dia bawa tampak mencolok diantara tas para penumpang. Iseng saya membuka pertanyaan mengenai apa isi tas tersebut. Tetapi jawabannya ternyata menampar hati…..

Screenshot_2015-11-29-06-41-49-01_wm

“Ini Asi yang saya bawa mas, buat anak saya umur 2 bulan.” Beliau menjawab lirih  . Melempar ingatan  tentang hal serupa yang terjadi di jogja. Seorang ibu yang membawa kisah cintanya berupa ASI dari kereta Jakarta- Jogja tiap minggu. Tetapi sekarang perbedaannya adalah beliau menggunakan kereta Majapahit, dari Jakarta turun Semarang dan nyata duduk di samping saya. Membuktikan saksi kasih cinta ibu-anak bahkan kepada orang yang tidak dikenalnya. Membuktikan bahwa ada rasa ikhlas yang saya percaya akan dibalas oleh Tuhan dan menjadi pengingat kepada rasa syukur yang memang sejatinya seharusnya tak terbatas.

Ibu Ita orangnya begitu ramah, dia ngobrol dengan santai kepada saya. Bahkan sempat pumping di kursi dengan menggunakan apron. Saya yang sadar diri pun segara turun ke bawah, menggelar alas koran untuk duduk.  selesai pumping beliau malah menunjukkan hasil ASInya. Tabu kah? Tentu tidak, karena kebetulan anak saya masih balita. Jadi menciptakan frekuensi rasa kasih sayang kepada anak menjadi sama. Saling mengerti dan terselip seuntai doa dalam hati.

pejuang asi

Box Asi yang dibawa tiap pekan

Hari ini Kadang dengan mudah kita sebagai manusia hanya sekedar bertanya.” Kenapa gak dibawa ke jakarta anaknya bu ?” Atau “kenapa kok tidak dengan ibunya saja anakya di Jakarta?” mengesampingkan  segala cara pandang manusia lain bahwa tidak semua pemikiran selalu bisa disamakan. Hari ini kita berempati, tetapi seperti menyudutkan. Hari ini kita bertanya, tetapi seolah menghakimi. Padahal dia selalu punya alasan kenapa menjalani hal tersebut yang mungkin tidak bisa dia bagi.

Sebagai Ibu, saya percaya bahwa beliau tau apa yang dilakukannya adalah terbaik. ASI itu memang berjarak tempuh Jakarta-Semarang, tetapi cintanya menembus itu semua. Jadikanlah kisah ini sebagai benang merah. Buat teman teman IBU yang sedang menyusui untuk tetap menjadi ibu yang ikhlas, semangat memberikan segala hal terbaik untuk anaknya.

Ibu Ita selalu bersyukur, bahwa ASI masih bisa mengalir deras dan diberikan kepada anaknya tiap minggu, dikumpulkan dalam box penuh cinta setiap hari. Setetes demi setetes ASI yang dikumpulkan adalah kuatnya ikatan batin antara anak dan ibu.

Dukanya adalah ada air mata rindu yang hadir, saat rutinitas kembali harus dilakoni. Tetapi apapun itu dia tetap berusaha tegar, tetap semangat untuk asi ekskulif kepada anaknya.

Ibu Ita

Melawan lelah

Mari jadikan Ibu Ita sebagai teladan, bahwa jarak bukanlah sebuah penghalang kasih sayang. Karena Tuhan melihat itu semua dan akan mewujudkan apa yang berada dalam mimpi besarnya

sudahkah kita bersyukur akan kehidupan yang sementara ini?

——

Salam pejalan,

Melihat hal selain keindahan tempat wisata semata !!!!

38 thoughts on “Tiap Minggu Seorang Ibu Membawa BOX Penuh ASI Untuk anaknya yang jauh disana [Cerita Pejalan]

  1. Betul itu. Berempati tanpa harus sumbang komentar/pertanyaan/saran yg nanti malah membuat org tsb jadi kikuk. Toh kita juga tidak butuh tahu jawabannya 🙂 jd sebaiknya senyum dan doakan saja smoga smua urusan dimudahkan.

  2. Temennya istri saya dulu juga ada yang gitu. Anaknya di Tulungagung. Ibunya kerja di sidoarjo. Jadi pas weekend atau beberapa hari sekali gitu saya lupa mas, temen istri saya itu pulang sambil bawa asi untuk anaknya. kasih ibu memang luar biasa

  3. Terharu saya, perjuangan seorang Ibu itu…. Semoga di telapak kakinya pintu surga semakin terhias indah 🙂

  4. Duh Mas, mutasi yo susah Mas… *menggantikan Bu Ita menjawab*
    Dan kayaknya saya kenal tuh kementerian keuangannya yang mana Mas :hihi. Di sini kayaknya kementerian keuangan baru satu deh :hehe.
    Saya mengerti, menjadi seorang ibu yang baru saja masuk setelah cuti melahirkan (anaknya baru dua bulan jadi pasti Bu Ita baru masuk kantor) tentu saja susah banget. Selain pikiran tentunya masih ada di rumah tempat anak berada, atasan di kantor yang jarang mengerti kebutuhan pumping memang membuat di mana pun pumpingnya boleh. Makanya kalau saya di kantor berusaha membantu pekerjaan mbak-mbak kantor kalau saya bisa, soalnya supaya mbak-mbak bisa pumping lebih leluasa :hehe. Soal keputusan kenapa ibu dan anak itu berjauhan, menurut saya sebenarnya tak ada ibu yang ingin pisah dengan anaknya apalagi ketika anaknya masih kecil, tapi itu sudah jadi keputusan mereka sehingga mesti kita hormati.

    • nah itu mas, saya suka bingung kalo soal kementrian keuangan itu, mungkin divisinya macem macem kali ya :D. cuma memang kementrian cuma satu.. heheheh makasih mas koreksinya..

      btw mas Gara baik banget bantu ibu- ibu terus. sepertinya Mas Gara idola ibu-ibu nie dengan kebaikan hatinya 🙂

      btw selama untuk blog selfhostingnya ya mas

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.