Udara malam tidak pernah sedingin ini saat saya memulai perjalanan, demi belajar kepada alam bahwa ada nilai yang harus turut hadir di dalam kehidupan. #Instropeksi diri
Setapak demi setapak kakiku mengantarkan menuju ke peraduan cahaya. Tepat saat malam Nisfu Syaban saya memberanikan diri menyatu kembali kepada alam, untuk sekedar mengingat kebesaranNya, berkaca pada diri sendiri mengenai perbaikan sikap dan berharap jika ada keinginan yang mungkin belum tercapai maka jawaban tersebut segera ditemukan.
Sederhana, perjalanan tidaklah harus menuju gunung yang sedang mengalami demam kekinian. Atau sebuah tempat dimana para grup travel saling berlomba menuju kesana, Menjejalkan diri dalam ramainya para pendaki yang berjamaah membuang tai mereka tiap tahunan ke gunung. Menambah padat tempat yang dulunya indah kemudian berubah menjadi sumpek. Dan ujung ujungnya akan timbul hal baru, sampah yang kemudian lupa dibuang. Ah sudahlah,semoga engkau mengerti maksudku.
MT Lembu menurut saya masih asing didengar. Tetapi jika saya dan kalian tidak bisa membuang sampah pada tempatnya lalu dibawa untuk dibuang kebawah. Mungkin ada baiknya tutup saja browser internat jenengan. Atau Tidak usah cari tahu lebih dalam mengenai tempat ini. Karena senyatanya saat saya mendaki tenda yang nampak masih sedikit, tetapi sampah sudah bermunculan. Jadi tidak terbayang apabila sudah ramai seperti gunung di sebelah. Sedangkan kesadaran membuang sampah pada tempatnya masih minim.
Dari perjalanan kita selalu belajar. Rasa salut mulai tumbuh melihat metode warga mengelola tempat tersebut, Kompak dan penuh gotong royong. Salah satu contohnya adalah biaya retribusi yang ditagih ke pendaki dapat dibayar secara sukarela. Apalagi sebagian uang tersebut mereka gunakan untuk biaya bersih bersih sampah, ditambah perbaikan jalur trek yang curam agar menjadi aman. Jauh dari kesan komersialisme. Setiap minggu para petugas naik ke gunung lalu mengambil sampah sampahnya untuk dibawa turun. Menjaga kelestarian alam yang harusnya bukan cuma tugas mereka tapi kita semua.
Semoga hal ini terus konsisten, sedang bagi kalian yang tertarik kesana, jangan lupa untuk belanja makanan di warung sekitar, paling tidak uang anda dapat membantu ekonomi lokal mereka. Teh hangat, pop mie dan mungkin koyo biar gag pegel masih dengan harga normal tanpa embel embel materialisme.
Sebutan Gunung Lembu muncul karena konon kebanyakan warga sekitar banyak merawat sapi di disana. Dengan keistimewaan keindahan sunrise yang ditawarkan, tempat ini memang begitu menggoda untuk didatangi. menciptakan pesona bagi mata yang rindu akan alam.
Jalur pendakian ke puncak cukup melelahkan. 1.5-2 jam estimasi untuk berangkat malam, sedangkan 1 jam untuk perjalan turun. Secara durasi memang sebentar. Saya naik jam 03:00 dini hari turun sekitar jam 09:00 pagi. Tetapi perlu diingat, walau tidak tidak terlalu tinggi tanjakannya juga banyak. Estimasi tersebut tergantung lingkar perut yang kalian miliki. Tidak ada pos 1, pos 2 atau pos 3 seperti kebanyakan gunung. Tetapi mereka menggantinya menjadi punggung 1, punggung 2 dan punggung 3. Sepatu tracking sangat disarankan. Head lamp dan senter harus dibawa apalagi jika berangkat malam. Kalo bisa jangan pake jeans saat naek. Toh kalo malam jeans malah membuatmu tambah dingin, dan jikalau siang justu membuat ketidaknyamanan dalam gerak. #inmyopinion
Sedikit pesan untuk saya dan kalian, Jangan lupa untuk selalu mendapatkan Salam sayang dari alam. berkacalah dirimu agar selalu instropeksi dalam sebuah perjalanan hati. Bukan pengakuan semu dibalik like dan komentar di jejaring media sosialmu.
Sedikit video amatir Gunung Lembu
How to get there :
1. Kalian bisa naek kereta atau mobil bahkan bus menuju purwakarta. Jika ingin berjalan malam ada kereta serayu malam dari purwakarta
2. Jika menggunakan kendaraan umum. Ada jasa penjemputan disana, namanya mas wawan. Dia akan mengantarkan kalian baik dari staisun ataupun terminal sampai pos 1 gunung lembu pulang pergi.
Cp : 083816514583 ( Wawan )
keren sekali,alam selalu mengingatkan kita akan kuasanya…
Iya masm drnya kita harus slalu belajar
Leeeekkk aku mok diajak sekali-sekali naik gunung gitu 😀
Sampeyan wes berpengalaman kang mbok ya aku yg diajak kemana gt #hiks
mesti muter koyok susur >_<
bagus siiihh, tapi curam banget itu kaaaak sereeeem
gak ada ojek gendong ya? x_x
Mana kuat gendong kak, aku kurus kering kerontang gini. Huhuhu…
Iya lmyan curam kak. Tp bagi pelari bajak jakarta pasti bisa deeh… :p
kalo dari Wanayasa jauh ga ya…..
kayaknya gag begitu kak cmiiw
Viewne cakep banget. Peer banget nggak selama perjalanan 1,5-2 jam? Kalo melelahkan aku urung niat aja kak >.<
Lumayan mas Halim. Nanjak trus. Hehehe…tp kalo uda niat mah oke aja mas
Nggak bakalan capek lagi sih, kalau disuguhi pemandangan sunrise kece kayak gini 😀
Bener mas, terbayar pokoknya.
Yuk mas kesana
jadi bener2 pengen naik gunung. Soalnya belum pernah daki gunung sama sekali. Paling mentok cuma daki bukit aja :))
langsung berangkat aja gan 😀
pengalaman baru, tapi jangan lupa sampah bawa turun ya
Agak tertawa ketika membaca estimasi waktu tergantung pada lingkar perut di badan 😀
Sunrisenya keren Mas! Pemandangannya rancak 🙂
Hahahaha iya mas. Berkaca pada diri sendiri sih… :p
Mksh mas mhn berguru
kak bawa kami kesini dong 😀
yuuuuuk kapan kak 😀
habis lebaran aja yah kak
Boleeeeh, dijdwalkan aja, kalo mau naek gunung parang juga. penasaran juga 😀
ikuttt haha
wah pemandangan dari atasnya cakep.
iya mas, sunrisenya bagus 😀
Mas klo one day trip bisa ?
bisaaa mas..
kan saya ini one day trip, trakking tengah malam, turun pagi.liat sunrise aja 🙂
Wowww…. Treking tengah malam ? Sendiri mas ? Sensasi yg luar biasa
iyaaa mas, tektok lumayan kok mas, bawa head lamp ma senter, tracknya juga jelas
Wkt itu si mas jam brp ambil start nya ? Sendiri kah ?
Kalo brngkat pake motor bisa gan ?
bisa gan, disana ada parkirnya kok. disediain warga 🙂
iy..
Naek sekitar jam 1-jam 3 mas lupa tepatnya, karena cuma mau ngejar sunrise disana
Alam selalu memberi kedamaian
Jadi pengen nih…, kalo naiknya 1-2 jam…., kayaknya masih kuat lah
*elus-elus perut 🙂
hahahaha kalo 1-2 jam kayaknya susah mas..
2-4 jam lah 😀
Mas… Patokan purwakarta nya mana yah mas… Mau coba naek…
kalo patokan tepatnya kurang tau mas. karena saya naek kereta dan pake jasa angkot orang sana, lagian juga malam 😀
kalo detailnya sih desa penyindangan sukatani,
Keren pemandangannya. Kalo ke sana ada guidenya gak dan untuk pemula recomended tak ?
ada kaaak, banyak kok orang loka yang mau nemeni cmiiw
Uwih foto-fotonya, mempesona banget kang. Hamparan bukit ijo-ijo itu lhooo..
Selalu tertarik ingin mencicipi tanah sunda, MT Lembu di Jawa Barat kan ya?
Salam kenal, 🙂
salam kenal mas 🙂
makasih dah mampir, iya mas di jawa barat purwakarta
Kenap amesti banyak sampah sech ???
Kak, knp ngak di bawah pulang aja itu sampah2 nya ???????????????????
udaaaah dongg,
tapi kan saya orang yang rendah hati dan tidak sombong jadi gag saya foto.. wkwkwkwkw
dilempar tas kresek :p
Pingback: Catatan Akhir Tahun 2015 | Bukanrastaman
Pingback: Menatap Wajah Taipei dari Elephant Mountain | Bukanrastaman