Ada yang memanggilku untuk menulis tentang kehebatan ibumu. Entah kenapa malam ini rasanya jemari ayah terasa dituntun oleh heningnya malam. Melukiskan kasih sayang tak terbatas dimana petunjuk surga terletak di telapak kakinnya.
Nenek dan Ibumu adalah wanita yang terbaik. berapa banyak tangis pengorbanan yang telah mereka berikan kepada keluarga ini. Percayalah, rasanya ucapan semilyar sayang tak akan mampu menggantinya. Kelak jika engkau sudah bisa membaca, kuharap engkau sempatkan menelusuri kalimat demi kalimat dalam tulisan ini.
Mungkin ayah tak pandai merangkai kata dibandingkan buku buku kesukaanmu atau temanmu yang mengajak bermain. Tetapi bukankah terkadang kata saja tak cukup mengungkapkan kasih sayang? Maka teruskanlah membaca ini secara perlahan…. semoga engaku menemukan lebih dari kasih sayang, tetapi juga jalan hidup. Bahwa kami ingin menggambarkan proses kelahiranmu di dunia ini dengan sebaik baiknya.
Nenekmu yang menjadi ibu dari ayahmu adalah seorang pahlawan. Mungkin beliaulah simbol kemandirian terbaik sedunia. Tubuhnya tinggi, sikapnya tegas dan keras. Namun dibalik itu tertanam rasa kasih sayang yang tak bertepi. Begitu luas, hingga kau tak perlu membuktikan apa-apa untuk mengukurnya. Sampai kini ayah belum bisa membahagiakan beliau, entah sampai kapan. Tapi ayah percaya, kekuatan terbaik manusia adalah mengenal doa. Untuk itu dalam sujud wajib 5 kali, sunnah sepertiga malam dan duha selalu terlantun doa untuk beliau. Menyempatkan air mata ini jatuh di pipi agar senantiasa nenekmu kelak diberi kesehatan, rahmat dan kebahagian.
Di 7 bulan kehamilan ibumu. Dia masih menjadi wanita yang mandiri dan tak pernah mengeluh. Mungkin jika ingin menangis, maka ayahlah yang akan pertama menangis. Tentang jarak yang membatasi kita, atau bahkan saat kita bersama. Ruang kecil ini menjadi saksi bagaimana kita tidur, mandi bahkan berdoa.
Nak… sampai sekarang ayahmu belum punya apa-apa. Kita ( aku dan ibumu ) hanya mengais memori dari sebuah pengalaman dan perjalanan. Karena pada akhirnya foto-foto itulah yang kita pandangi saat tua. Dimana doa akan mengembalikan kita kepadaNya. Lewat doalah semua impian digantung begitu tinggi. Bersama bintang dan usaha yang memang harus kamu raih.
Saat kehamilan bulan pertama, aku masih mengingat saat itu. Selalu ada kekhwatiran mengenai semua. Apakah kau akan sekolah dengan layak kelak? apakah ayah bisa mencukupimu? semua menjadi satu hingga kita percaya bahwa Tuhan akan bersama kita, yang dibutuhkan hanyalah rasa percaya itu sendiri.
Lihatlah ibumu nak, di bulan-bulan kehamilannya :
Gurat lelah tak dia rasa, yang kita pikirkan adalah bagaiamana kamu sehat dan menjadi yang terbaik di hadapanNya. Engkaulah harapan dalam sebuah kebahagian. Dan kami menciptakan cerita untukmu semoga saat kau dewasa kau bisa membuka memori masa lalu, untuk terus menjadi lebih baik kedepan nanti. Berfikir sebelum melangkah dan yang lebih pasti menjadi dirimu sendiri.
Sehat selalu untukmu, salam sayang dari kami semua. Jadilah yang memang kamu inginkan, berprinsiplah dalam hidup. Jangan takut berbeda selama kamu tak melanggar perintahNya. Jiwa, raga dan keringat kami untukmu. Mari kita mulai catatan perjalan keluarga kitia sendiri.
I love You
Indah kalimatnya Mas…
terimakasih mas 🙂
masnya fotonya juga indah
Ayah …. beliin mobil jaguar buat balapan 😉
hahahahahaha ngakak aku ama komen om cumi 😀 , waduh kalo ampe beneran bisa salto saya mas
ciieeee yang udah gag masuk spam komennya… hehehhe
makasih dah mampir ya kak
Sungguh menyentuh kalimatnya bro..jadi terinspirasi..meskipun jauh tapi tetap mengabadikan moment2 penting…
iya mas faisal…
semoga kita bisa menghargai momen dengan keluarga 🙂
makasih dah mampir ya mas
kerennn masss tulisannyaaa , mewek #kangenibukk :’) makasihhhhhh
makasih dah mampir juga ria…
iya.. salah satu kenangan terindah adalah menghabiskan waktu dengan keluarga.. 🙂
Subhanallah… Meh mbrebes mili saya membacanya, calon ayah dan calon ibu… Orang tua yang menggemari perjalanan, yang kelak akan mengajarkan sang anak untuk berkelana, merantau mencari lautan ilmu seperti yang dianjurkan Imam Bukhari 🙂
amiiin..
semoga kita bisa mengajari banyak hal atas dasar agama seperti yang kita percaya.
makasih ya mas dah mampir, btw, komen jenengan kok gag keliatan di post ini ya..?
apa WP lagi error
Komen pertama awalnya ndak bisa Mas, error mungkin. trus tadi coba lagi bisa hehehehe 😀
Kata-katanya lumer di hati, euy.
Setelah dewasa begini, berapa jam sehari kita mengingat ibu kita, padahal ibu kita mengingat kita dalam jumlah ingatan yang sama dengan jumlah tarikan napasnya?
Membaca tulisan ini membuat saya ingat Ibu. Syukurlah tadi saya sudah menelepon dan tahu kalau beliau baik-baik saja :hehe
Salam buat istri dan ibumu, Mas. Semoga sehat selalu!
iya mas gara…
makasih dah mampir mas,..
terkadang jadi sedih sendiri kalo ingat orang tua yang begitu ikhlas merawat kita..
apalagi selama kita mau jadi orang tua, duh makin kerasa gimana mereka membesarkan kita..
semoga keluarga kita semua dalam lindunganNya ya mas 🙂
Duh.. kata-katanya, bikin terharu… saya bacanya pelan-pelan tuh, seperti saya yang anaknya aja 🙂
masih belajar kakak 😦
makasih dah mampir ya 🙂
Sangat takjub saya membaca nya mas,apalagi kalimat yg iji “Jangan takut berbeda selama kamu tak melanggar perintahNya” muantap mas
matur suwun mas, masih belajar ini 🙂
terima kasih sudah berkenan mampir
Sama-sama mas.. saya pun masih belajar kali nih dari mas. 😀
saya newbie mas. Sama sama belajar dan mohon bimbingan